I.
PENDAHULUAN
Dalam
keseharian sering kali kita melakukan berbagai macam kegiatan, dan setiap
tindakan yang kita lakukan seringkali berlalu begitu saja. Pernahkah kita
menerka sesuatu yang akan terjadi, dan pikiran-pikiran kita menghadirkan
berbagaimacam ungkapan yang tidak dapat disimpulkan seratus persent tepat.
Sebenarnya itulah yang disebut presepsi, yaitu anggapan yang muncul dari masing
– masing individu. Bisa saja individu dengan individu yang lain dalam merespon
setiap kejadian atau tindakan dengan presepsi yang sama, tetapi jika lebih
dalam maka akan berbeda secara strukturnya.
Persepsi
tidak lepas juga dari sensasi yang mana jika dikaitkan dengan kehidupan, individu
akan melakukan atau merasakan sesuatu yang dihasilkan dari sebuah kejadian atau
tindakan. Seperti senang, sedih, sakit, dan yang lainnya. Hal tersebut lah yang
dirasakan sebagai sensasi. Dalam kajian ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
sensasi dan presepsi dari sudut pandang psikologi kejiwaan dan psikologi faal
(fisiologi).
II.
ISI
A.
PENGERTIAN
Persepsi [perception]
merupakan konsep yang sangat penting dalam psikologi, kalau bukan dikatakan
yang paling penting. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah
dunia terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi
manusia yang bersangkutan. Persepsi harus dibedakan dengan sensasi [sensation].
Sensasi meliputi fungsi visual, audio, penciuman dan pengecapan, serta
perabaan, keseimbangan dan kendali gerak. Kesemuanya inilah yang sering disebut
indera.
Jadi dapat dikatakan bahwa sensasi
adalah proses manusia dalam dalam menerima informasi sensoris [energi fisik
dari lingkungan] melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut
menjadi sinyal-sinyal “neural” yang bermakna. Misalnya, ketika seseorang
melihat (menggunakan indera visual, yaitu mata) sebuah benda berwarna merah,
maka ada gelombang cahaya dari benda itu yang ditangkap oleh organ mata, lalu
diproses dan ditransformasikan menjadi sinyal-sinyal di otak, yang kemudian
diinterpretasikan sebagai “warna merah”.
Berbeda dengan sensasi, persepsi
merupakan sebuah proses yang aktif dari manusia dalam memilah, mengelompokkan,
serta memberikan makna pada informasi yang diterimanya. Benda berwarna merah
akan memberikan sensasi warna merah, tapi orang tertentu akan merasa
bersemangat ketika melihat warna merah itu. Contoh klasik dari fungsi persepsi
ini tampak pada gambar berikut ini. Coba perhatikan baik-baik, gambar siapa
yang Anda lihat?
Dalam contoh gambar
pertama, mungkin Anda akan melihat gambar seorang gadis yang sedang memandang
ke arah kanan. Pada gambar kedua, mungkin seseorang masih akan melihat seorang
gadis seperti pada gambar yang pertama, tapi sebagian orang yang lain akan
melihat seorang nenek. Nenek atau gadis yang Anda lihat? Apakah Anda juga bisa
melihat yang sebaliknya [dari gadis ke nenek, dan dari nenek ke gadis]? Apakah
Anda bisa melihat keduanya pada saat yang bersamaan?
Contoh
klasik ini menggambarkan the power of perception. Gambar ini adalah sebuah
stimulus sederhana yang hanya menyangkut satu sensasi yaitu visual, dan cukup
untuk menghasilkan persepsi yang berbeda. Bayangkan dalam kehidupan
sehari-hari, ada begitu banyak pengalaman perseptual yang sangat mungkin
menimbulkan persepsi yang berbeda.
Apakah Anda melihat gambar lumba-lumba?
Dalam kehidupan sehari-hari, secara
sengaja atau tidak, kita akan lebih memperhatikan stimulus tertentu
dibandingkan yang lainnya. Artinya, kita menjadikan suatu informasi menjadi
figure, dan informasi lainnya menjadi ground. Salah satu fenomena dalam
psikologi yang menggambarkan prinsip ini adalah, orang cenderung mendengar apa
yang dia ingin dengar, dan melihat apa yang ingin dia lihat.
B.
DASAR-DASAR FISIOLOGIS
1.
Persepsi
visual
Persepsi
visual didapatkan dari inderapenglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang
pada bayi, dan memengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.Persepsi visual merupakan topik
utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya
paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
2.
Persepsi
auditori
3.
Persepsi
perabaan
4.
Persepsi
penciuman
Persepsi
penciuman atau olfaktori
5.
Persepsi
pengecapan
C.
KELAINAN
FISIOLOGIS
1.
Kelaian buta warna
Kelainan
buta warna didefinisikan sebagai sebuah kesulitan seseorang untuk membedakan
warna yang sangat berdekatan, misalnya merah dan jingga, atau hijau muda dan
kuning. Ternyata semua itu terjadi di dalam otaknya, artinya di pusat
penglihatan sel-sel syarafnya tak mampu menginterpretasikan warna itu.
2.
Phobia
Bisa
dibilang phobia adalah kasus yang ekstrim, karena seseorang menderita ketakutan
(kebanyakan terjadi karena trauma masa lalu) hanya karena hal-hal yang biasa
saja, misalnya, takut hewan-hewan atau benda tertentu, takut ketinggian, tempat
gelap, lorong panjang, dan sebagainya. Di mana yang menjadi masalah adalah
peristiwa itu membuat seseorang menjadi “gila” dalam arti jantung
berdebar-debar, berkeringat, menangis atau berteriak-teriak kesakitan atau bisa
sesak napas dan kejadian-kejadian “aneh” lainnya. Semua itu terjadi akibat
memori masa lalu yang dihadirkan kembali oleh otak penderita karena pikiran si
penderita itu sendiri, yang menyebabkan si otak bekerja agar merasakan
sensasi―rasa sakit, panas atau apapun―dan memerintahkan organ-organ lain
bekerja seakan-akan dalam situasi ‘darurat’ sesungguhnya yang merupakan
khayalan (tapi mungkin pernah dialami) si penderita, namun hal itu tetaplah
nyata baginya, hingga dapat membahayakan diri si penderita jika dibiarkan.
3.
Kelainan
Sinestesia
Bukanlah
kelainan yang membahayakan, bahkan mungkin bisa dianggap sebagai anugrah.
Kelainan ini didefinisikan berupa tercampurnya persepsi panca indera, para
sinesthesiker ibaratnya menangkap persepsi lingkungan lebih luas ketimbang
orang normal. Misalnya, nasi putih rasanya kuning, atau sebuah komentar suatu
masakan “rasa ayamnya kurang banyak titiknya”, atau angka lima kenyal seperti
karet, hari senin warnanya biru. Francis Galton, seorang ilmuwan inggris
melakukan penelitian kepada para sinesthesiker lalu menarik kesimpulan, bahwa
bentuk sinesthesia yang paling umum adalah mendengar warna. Kesan yang
ditimbulkan dari penerapan informasi (dalam otak), diolah dalam spektrum yang
kemungkinan yang lebih lebar. Fenomena sinesthesia ini pernah diteliti lebih
jauh di sekolah tinggi kedokteran Jerman. Dari penelitian itu, ditemukan kurva
gelombang otak yang berbeda secara signifikan dengan kurva gelombang otak
manusia normal. Di dalam otak pengidap sinesthesia, informasi dari luar
ditafsirkan secara luas dan beraneka ragam, artinya ketika ada informasi dari
panca indera―misalnya suara―tidak hanya diterima syaraf pusat pendengaran, tapi
mungkin saja diterima juga oleh syaraf-syaraf pusat pengecapan atau peraba atau
juga pusat penglihatan yang menginterpretasikan warna dan rasa sehingga orang
bisa berkata makanan ini rasanya kuning, atau musik Iwan Fals terdengar lembek
hijau, dan sebagainya. Persepsi yang multi dimensional ini, juga berfungsi
sebagai acuan memori yang kuat. Contohnya komposer musik klasik terkemuka,
Franz Liszt yang mengakui, melihat aneka warna jika ia membuat komposisi
musiknya. Ahli fisika pemenang hadiah Nobel, Richard Feynman juga mampu
merumuskan hitungan fisika yang sulit. Kuncinya, ternyata ia seorang
sinesthesiker yang melihat warna-warni dalam persamaan yang dibuatnya. Yah
menurut saya bagian ini sudah cukup sebagai contoh sedikit kehebatan yang bisa
diperbuat oleh otak kita.
D.
AKIBAT
PSIKOLOGIS
1.
Emosi; akan mempengaruhi seseorang dalam
menerima dan mengolah informasi pada suatu saat, karena sebagian energi dan
perhatiannya [menjadi figure] adalah emosinya tersebut. Seseorang yang
sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami kemacetan,
mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai penghinaan.
2.
Impresi; stimulus yang salient /
menonjol, akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang besar,
warna kontras, atau suara yang kuat dengan pitch tertentu, akan lebih
menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsinya.
Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan
lebih mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi
bagaimana ia dipandang selanjutnya.
3.
Konteks; walaupun faktor ini disebutkan
terakhir, tapi tidak berarti kurang penting, malah mungkin yang paling penting.
Konteks bisa secara sosial, budaya atau lingkungan fisik. Konteks memberikan ground
yang sangat menentukan bagaimana figuredipandang. Fokus pada figure
yang sama, tetapi dalam groundyang berbeda, mungkin akan memberikan
makna yang berbeda.
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses penginderaan berlangsung
setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu
melalui mata sebagia alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung
sebagai alat pembau, lidah sebagai alat pengecapan, kulit pada telapak tangan
sebagai alat perabaan. Persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga
dapat datang dalam diri individu sendiri. Tetapi sebagian besar stimulus datang
dari luar individu yang bersangkutan. Karena persepsi merupakan aktivitas yang
integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan
aktif dalam persepsi.serta dapat dikemukakan karena perasaan, sedangkan sensasi
dapat ditemukan pada waktu proses menagkapnya stimuli.
Sensasi merupakan pendeteksi energy
fisik yang di hasilkan atau di pantulkan oleh benda-benda fisik, sel-sel tubuh
yang melakuakan penderteksi ini, organ inderawi ( mata, telinga, hidung, kulit
dan jaringan tubuh ) proses penginderaan menyadarkan kita akan adanya suara,
warna, bentuk dan elemen kesadaran yang lain. Tanpa sensasi kita tidak dapat
menyentuh dalam arti sesungguhnya dunia nyata. Tapi untuk membuat dunia yang
mendera indera kita menjadi sesuatu yang masuk akal.
proses sensasi dan presepsi itu
berbeda. Dalam ungkapan lain disebutkan,”sensasi ialah penerimaan stimulus
lewat alat indra, sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada
didalam otak”. Meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap
individu, interpretasinya berbeda. Persepsi dipengaruhi oleh pengetahuan,
hipotesis, dan prasangka-prasangka serta sinyal-sinyal sersorik, misalnya:
Ilusi.
DAFTAR PUSTAKA
Wade, carole dan carol
tavris.2004.”psikologi “edisi sembilan jilid 1. Jakarta : erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar