Senin, 03 Maret 2014

Biarkan Aku Bercerita - Kelud 2014

Ini adalah cerita tentang pengalaman yang mungkin akan selalu aku kenang sebagai seorang mahasiswi. Semua bermula karena suatu bencana yang terjadi di Kediri pada tanggal 14 Februari 2014. Itulah hari dimana terjadinya letusan gunung Kelud.

Setelah beberapa minggu setelah letusan itu, saya bersama kelompok di kelas mendapat tugas untuk menjadi relawan sekaligus untuk mengerjakan tugas observasi di desa Pandangsari yang masih merupakan bagian dari kabupaten Malang. Desa itu terletak cukup dekat dengan Gunung Kelud.
Untuk bisa sampai di desa, kami harus melewati lahar dingin yang terlihat seperti aliran air diatas pasir-pasir hitam yang katanya penduduk sekitar akan menjadi sungai yang lebar apabila turun hujan disekitar gunung dan desa.
Setelah melewati lahar dingin, barulah kami bisa memasuki desa Pandangsari. Apa yang terjadi disana tidaklah ada dalam pikiran saya, dan bahkan sangat jauh dari apa yang saya pikirkan. Yang saya lihat adalah sebuah tempat seperti tambang pasir yang tidak terawat dan tidak berpenghuni. Namun, itu sebenarnya adalah akibat hujan batu dan abu gunung Kelud.
Sepanjang mata memandang pemandangan desa yang gersang tanpa ada warna hijau dari dedaunan, seperti berada di musim panas yang sangat mencekam. Rumah-rumah warga yang tak beratap hancur berdebu dan tumpukan pasir menutup semua tanah di desa itu.
Begitu banyak tentara, relawan dan begitu banyak warga yang sedang bergotongroyong memperbaiki rumah-rumah disana, begitu banyak kendaraan yang lalu lalang dan membuat debu tak hentinya memasuki hidung dan mengganggu pernapasan ini. Sungguh mengharukan keadaan di tempat ini.

Siang hari kami tiba disana sejenak beristirahat dan masih terbelenggu menatapi keadaan yang ada di desa itu. Begitu banyak orang yang harus diperhatikan disana orang-orang yang mungkin tidak kuat mengalami bencana ini. Kakek-kakek, nenek-nenek dan anak-anak kecil mereka semua sangat memilukan hati ini. Banyak anak-anak yang berada di sana. Mereka masih bergandengan tangan, bermain dan bernyanyi bersama. Kasihan mereka, rumah, tempat dan waktu belajar serta bermain mereka sudah tidak seperti dulu lagi.

Kegiatan pada hari itu adalah mengajar anak SD kelas 6 untuk persiapan ujian dan sebagian menghibur anak-anak kecil yang ada di desa itu. Saya tergolong dalam rombongan relawan yang menghibur. Jadi kami lebih banyak memberikan permainan dan cerita-cerita kepada anak-anak.
Betapa sedihnya hati ini melihat mereka. Anak-anak yang masih sangat kecil merasakan bencana ini. Mereka seharusnya tinggal di tempat yang layak, mendapatkan pendidikan dengan baik serta memiliki waktu bermain yang cukup. Tapi kini mereka harus berada di tempat pengungsian atau bahkan rumah mereka yang hancur dan penuh akan debu yang tersebar diudara. Tapi mereka cukup bahagia dengan kedatangan kami, mereka tersenyum, mereka tertawa, mereka bermain dan juga mengungkapkan perasaan mereka ketika gunung meletus dan rumah mereka yang hancur melalui puisi-puisi dan gambar yang mereka buat. Mereka butuh banyak nutrisi dan juga motivasi untuk tetap tumbuh dan berkembang serta melanjutkan masa depan mereka.

Air, sangat susah menemukan air ditempat itu. Jangankan untuk mandi dan bersih diri, untuk buang air kecil saja tidak ada air di bak. Yang ada hanyalah butiran-butiran pasir dan kerikil menempati setiap bak warga dengan kamar mandi rusak tanpa atap.

Betapa sulit kehidupan mereka saat ini. Semua serba rusak, semua serba hancur, tidak ada tempat nyaman untuk beristirahat,tidak ada rumput dan makanan untuk ternak mereka bahkan pepohonan tidak memberikan kesejukan dengan kehijauannya. Mereka harus bekerja keras untuk dapat menjalankan hari seperti dulu lagi. Mereka membutuhkan tambahan makanan dan minuman, udara disana yang sangat berdebu, baju-baju mereka yang dekil dan semua yang terjadi disana telah membuka telingaku yang dulunya tak begitu mendengar tangisan mereka, telah membuka mataku untuk melihat penderitaan mereka, membuka hatiku untuk mendoakan mereka dan kemudian menggerakkan pikiran, hati dan anggota tubuh ini untuk membantu mereka walau hanya sekedar melukis senyuman di wajah mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

3 Tahun dari Sekarang

Akan ada saatnya bunga bermekaran menghiasi taman dengan keindahan warna, bentuk serta harumnya yang semerbak Akan ada saatnya anak b...

Popular Posts